Ruang Rapat Besar – Kantor Desa
Interior Ruang Musyawarah yang Formal tapi Tetap Hangat
Latar Belakang Proyek
Ruang rapat besar di Kantor Desa Sinduadi Mlati Sleman ini dirancang untuk menampung berbagai kegiatan musyawarah dan rapat koordinasi desa. Dengan ukuran 14 × 6,5 meter, ruangan ini bisa menampung 60-70 orang dengan konfigurasi gaya auditorium. Tantangannya cukup menarik: bagaimana menciptakan suasana formal yang layak untuk kantor pemerintahan, tapi tetap nyaman untuk rapat yang bisa berlangsung berjam-jam.
Konsep: Formal dengan Sentuhan Lokal
Pendekatan desain mengambil karakter arsitektur Jawa lewat penggunaan kayu sebagai material dominan. Warna merah marun dipilih sebagai aksen yang mencerminkan identitas institusi pemerintahan—memberikan kesan tegas namun tetap hangat. Kombinasi ini berusaha menyeimbangkan kebutuhan akan formalitas ruang pemerintahan dengan nuansa kekeluargaan yang jadi ciri khas pemerintahan desa.
Pengaturan Ruang
Tata letak ruang mengikuti hierarki yang jelas: podium presidium di bagian utara jadi titik fokus, dihadapi barisan meja-kursi yang tersusun rapi. Sistem grid ini membuat ruang lebih fleksibel—bisa disesuaikan untuk berbagai skala pertemuan.
Sirkulasi dibuat di sisi kiri-kanan ruangan agar orang bisa keluar-masuk tanpa mengganggu jalannya rapat. Dua pintu di pojok barat daya memudahkan akses. Yang menarik, ada zona kecil dengan tanaman di sisi barat yang berfungsi ganda: selain sebagai elemen estetis, juga membantu melunakkan kesan kaku dari tata letak formal.
Material dan Warna
Palet material dibuat sederhana: kayu solid untuk meja dan panel dinding, kursi berlapis merah, dan wallpaper bertekstur pada kolom. Finishing kayu natural dengan varnish glossy menciptakan kesatuan visual yang rapih. Kolom struktural dibungkus wallpaper bermotif halus agar tidak terlalu mencolok dan mengganggu komposisi ruang.
Panel kayu horizontal di dinding menciptakan ritme visual yang menyeimbangkan barisan meja yang repetitif. Warna merah pada kursi dan frame podium konsisten dengan identitas visual pemerintahan Indonesia, sekaligus memberi aksen warna yang hidup.
Pencahayaan dan Teknologi
Sistem pencahayaan menggabungkan downlight untuk penerangan umum dan skylight untuk cahaya alami di area sirkulasi. Ini membantu menjaga kecerahan ruang sambil mengurangi panas berlebih dari lampu. Proyektor dan layar proyeksi dipasang permanen di plafon, memastikan semua peserta rapat punya sudut pandang yang baik.
Menyesuaikan dengan Iklim Yogyakarta
Jendela di sisi timur dan barat dilengkapi tirai untuk mengatur cahaya dan sirkulasi udara silang. Ini penting karena ruangan sering dipakai siang hari, dan iklim Yogyakarta yang cenderung lembap. Penggunaan material kayu juga membantu ruangan tidak cepat panas, jadi tidak terlalu bergantung pada AC.
Kesimpulan
Desain ini menunjukkan bagaimana ruang formal bisa tetap terasa ramah lewat pemilihan material dan warna yang tepat. Sistem modular pada furniture membuat ruang bisa diadaptasi untuk berbagai jenis kegiatan—mulai dari rapat kecil hingga forum besar. Hasilnya adalah ruang yang tidak hanya fungsional, tapi juga mendukung dinamika pemerintahan desa dengan karakter yang khas.




Komentar
Posting Komentar